Octavianti Naa: "Ini aksiku, mana aksimu?"

Koniciwa!! Saya Octavianti Naa, saya lahir di Bandung 7 Oktober 1990, dari pasangan berbeda kebudayaan. Ayah saya asli Maybrat Papua Barat, lahir dan dibesarkan di Distrik Ayamaru, sedangkan ibu saya lahir dan dibesarkan di Bandung. Saya dibesarkan di Bandung dengan mengetahui persis kebudayaan ayah saya, karena ayah saya selalu mendengarkan lagu-lagu Papua sebelum berangkat kerja. Hal ini mendorong rasa ingin tahu yang besar akan tanah kelahiran ayah saya, Papua.Tahun 2000 Ayah saya pindah kerja ke Papua, tepatnya di kota Sorong sebagai Kepala Dinas Pariwisata, sehingga saya dibesarkan oleh oma saya di Bandung, namun kemudian saya memutuskan untuk pindah sekolah tingkat menengah ke SMP YPPK Don Bosco Sorong selama 2 tahun. Di Sorong saya bergaul dengan banyak anak Papua lain yang kemudian merubah pandangan saya tentang pendidikan di Papua. Saya melihat, anak Papua memiliki otak yang cemerlang, mereka bahkan dapat memecahkan beberapa masalah matematika dengan baik, namun sarana prasarana sekolah yang belum memadai sangat menghambat proses belajar mengajar di sekolah.Selepas pendidikan menengah, kemudian saya pindah kembali ke Bandung dan melanjutkan pendidikan atas saya di SMA negeri 2 Cimahi, dan kemudian tahun 2009 saya melanjutkan kuliah di Universitas Padjajaran jurusan Kimia, selama kurun waktu SMA sampai kuliah, hampir setahun sekali saya mengunjungi Distrik tempat Ayah saya dilahirkan untuk hanya sekedar mengajar dan berbagi beberapa buku dan baju-baju saya yang sudah tak terpakai di Bandung dan kemudian saya menyelesaikan kuliah selama 4 tahun di bulan Agustus 2013 dan mendapatkan beasiswa di University of Yamanashi Jepang jurusan Green Energy Conversion (new inorganic compound for photocatalyst), riset saya saat ini mengenai “Photocatalytic Property of Transition Metal Oxides with Sn2+”2 bulan sebelum saya berangkat ke Jepang untuk melanjutkan studi master saya, saya bergabung dengan komunitas Buku Untuk Papua (website: bukuuntukpapua.org ; twitter: @bukuntukpapua) untuk sama-sama mendistribusikan buku dari berbagai kota di Indonesia ke rumah baca di Papua. Komunitas Buku Untuk Papua percaya “Satu Buku Bangkitkan Papua”.Cita-cita saya adalah untuk mencari senyawa baru yang berfungsi sebagai katalis untuk sel bahan bakar dan sumber listrik, sehingga kedepannya saya harap dapat juga berdampak untuk Indonesia terutama Papua, dan juga terus mendistribusikan buku lewat Buku Untuk Papua Bandung (@bupbandung) dan memperkenalkan komunitas Buku Untuk Papua di Jepang. Ini aksiku, mana aksimu? Octavianti Naa